News Update :

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Label

Label

Setia - Zivilia

Hari berganti bulanBulan berganti tahunWaktu demi waktu berlaluNamun kau tak pernah berubahSeperti saat pertama kita bertemuMasih ingatkahSaat pertama ku kecup keningmuTerucap janjiSehidup semati kita bersama
Bersama dalam suka dan dukaBersama dalam tangis dan tawaBersama dalam susah dan senangBersama melangkah seiring sejalanSampai hari ini ku masih seti
Terucap janjiSampai hari ini ku masih setia

Intro

Dalam gelap berjalanMembelah belantara akalSendiriSendiriSelalu sendiri
Pada terang kumerenungMencari kesejatianMencariMencariSelalu mencari
Pada ruangPada waktuAku ingin datang
Pada ruangPada waktuAku ingin datang
Gitar kayu kumainkanSuaranya lahirkan tanyaBertanyaBertanyaSelalu bertanya

Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut-badut serakah
Dengan hph berbuat semaunya
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...
Oh mengapa.....

Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja

Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rejeki generasi nanti

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Iya Memang Kamu (feat. Cok Rampal)

Bukan lagi cerminBedak gincupun tak perlu
Kamu memang masih kamuDari dulu memang itu kamu
Waktu jiwamu lelahTanganku tak mampu tengadahSeberang bumi sanaKeluh semakin membara
Beri ramahmuSementara tempatku teduh disini
Bukakan aku pintuAgar bisa memuji dirimu
Cerita tentang merdekaLewat mantera sang pujangga
Kamu memang masih kamuDari dulu masih tetap kamu
Kata hati bertanyaMasih tegarkah jiwamu ?
Kini kunyanyikan rasaLewat suasana yang ada
Kamu memang tetap kamuKamu dari dulu kamuKamu memang masih kamuDari dulu kamu tetap kamu

Jalan yang Panjang Berliku

Jalan panjang yang berliku
Jalan lusuh dan berbatu
Namun kuharus mampu menempuh
Bersama beban di batinku
Kudatang berlumur debu
Kupergi bersama bayu
Diantara gelisah
Kucoba untuk tetap kukuh

Tiadakan tempat kuberteduh
Dikala luka membiru
Uh .. Uh .. Uh ..
Segenggam harapan dalam jiwa
Hilang punah tiada kesan ..

Dikegelapan ..

Jaman Edan


Hai teman katanya jaman ini kemajuanSampai si om gendut dan rambut ubananBerani berpacaranDengan pembantunya sampai naik ranjangRanjang goyang
Hai teman katanya jaman ini pembangunanPara tante pun tak mau ketinggalanMencari pasanganDengan mahasiswa yang kurang biayaKuliahnya yang tertunda
Kalau ada gadis jaman sekarangJangan heran kalau tidak perawanPara pelajar pun jadi edan edananKalau pusing belajar cari hiburanDi tempat pelacuran
Oh oh oh we yoJaman edanJaman jaman edanJaman saiki jaman edanSampeyan edan aku melok edanIni ramalan dari nenek moyangJayabaya yang kelahiran Bengawan
Hai teman di jaman ini memang banyak penipuan dan pengangguranTerpaksa Yance Mince berjualanDaging karet tiruanOh di taman Lawang demi kepuasanHidung belang
Hai teman jangan sampai kita pun ketinggalanCepat cepat kau cari kesempatanDi dalam kesempitanUntuk melemaskan segala keteganganOh pikiran yang bukan bukan
Suatu kali eh pernah aku kehilanganCelana Levi’s yang semata wayangItu juga belinya di tukang loakanTelah hilang melayang disamber orangWaktu di jemuran
Oh oh oh we yoMaling sialanMaling maling sialanDia nggak pikir itu barang orang
Ada lagi maling gede gedeanDia nekat embat duit ‘jut - ‘jutanDia nggak mikir itu duit haramInget inget dong sama gelandanganBerani amat ente sama kutukan TuhanMaling yang ini memang kebangetan
Ada maling hoi maling jemuranDi sono maling di sini malingMaling maling hei elu sialan

Jangan Bicara


Jangan bicara soal idealisme
Mari bicara berapa banyak uang di kantong kita
Atau berapa dahsyatnya
Ancaman yang membuat kita terpaksa onani
Jangan bicara soal nasionalisme
Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
Atau tentang kita yang buat
Bisul tumbuh subur
Di ujung hidung yang memang tak mancung

Jangan perdebatkan soal keadilan
Sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan
Jangan cerita soal kemakmuran
Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan polan

Lihat di sana... Di urip meratap
Di teras marmer direktur mutat
Lihat di sana... Si icih sedih
Di ranjang empuk waktu majikannya menindih

Lihat di sana.... Parade penganggur
Yang tampak murung di tepi kubur

Lihat di sana....... Antrian pencuri
Yang timbul sebab nasinya dicuri
Jangan bicara soal runtuhnya moral
Mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti
Atau tentang tanggung jawab
Yang kini dianggap sepi

Siang Seberang Istana - oleh: Iwan Fals

Seorang anak kecil bertubuh dekilTertidur berbantal sebelah lenganBerselimut debu jalanan
Rindang pohon jalan menunggu relaKawan setia sehabis bekerjaSiang di seberang sebuah istanaSiang di seberang istana sang raja

Reff I:Kotak semir mungil dan sama dekilBenteng rapuh dari lapar memanggilGardu dan mata para penjagaSaksi nyata....... Yang sudah terbiasa
Tamu negara tampak terpesonaMengelus dada gelengkan kepalaSaksikan perbedaaan yang ada
Reff II:Sombong melangkah istana yang megahSeakan meludah di atas tubuh yang resahRibuan jerit di depan hidungmuNamun yang ku tau.... Tak terasa terganggu

Kembali ke: reff I & reff II
Gema azan ashar sentuh telingaBuyarkan mimpi si kecil siang tadiDia berjalan malas melangkahkan kakiDi raihnya mimpi di genggam tak di letakkan...Lagi...

Arsip Blog

Kontributor

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. elektra solution . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger